Ayo Jadi Agen Pulsa HP Termurah


<$

$>

Cari Suami Baru, Nenek 107 Tahun Merambah Facebook




Usaha Tok Wook, nenek berusia 107 tahun, mencari suami untuk pernikahan ke-23 kalinya terus berlanjut. Kali ini pencarian merambah ke dunia maya.

Seperti dilansir The Star, Selasa (15/9/2009), wakil rakyat dari Kuala Berang, Zawawi Ismail, mengatakan dirinya akan membuatkan akun facebook bagi Tok Wook.

"Dia adalah konstituen saya, maka dari itu, telah menjadi tanggung jwab saya untuk membantunya," kata Zawawi kepada The Star, Senin (14/9/2009) kemarin.

Bagaimnapun juga, Zawawi mengingatkan Tok Wook untuk tetap mematuhi ajaran Islam jika dia ingin menikah lagi.

Tok Wook, yang memiliki nama lengkap Mek Wok Kundor, berencana untuk mencari suami baru jika suaminya Mohd Noor Che Musa (37) tidak kembali padanya seusai menjalani rehabilitasi narkoba di Kuala Lumpur.
Rekomendasikan
51 rekomendasi

sumber:http://id.news.yahoo.com/dtik/20090915/twl-cari-suami-baru-nenek-107-tahun-mera-1ac1e41.html

Labels:

Apel Langka Hasil Mutasi

VIVAnews - Sebuah apel langka ditemukan di sebuah lahan pertanian Colaton Raleigh, Devon, Inggris. Diduga hasil mutasi, warna apel itu terbagi tepat setengah hijau dan setengah merah.



Morrish, 72, adalah petani yang menanam apel itu mengatakan,"Ini luar biasa. Seperti melihat potongan apel merah dan hijau yang kemudian disatukan," kata dia.

Seperti dikutip dari laman Daily Telegraph, kemarin, Morrish bermaksud mengambil beberapa apel untuk saudara iparnya saat dia melihat apel aneh itu.

Para ahli di sana yakin kalau apel aneh itu langka hanya ada satu dari jutaan apel. Dalam kondisi apel seperti ini, bagian apel merah biasanya lebih manis dibandingkan sisi yang hijau karena sisi merah diterpa matahari lebih banyak saat tumbuh.

John Breach, Direktur British Independent Fruit Growers Association, mengaku belum pernah melihat kasus langka seperti itu. "Ini hasil mutasi yang ekstrim," kata dia.

Jim Arbury, pakar buah, mengatakan apel dengan warna tepat setengah merah dan setengah hijau itu mungkin merupakan hasil mutasi genetika yang random. "Ini dikenal sebagai chimera dimana satu dari dua sel pertama tumbuh berbeda."

sumber: http://id.news.yahoo.com/viva/20090926/twl-apel-langka-hasil-mutasi-cfafc46.html

Labels:

<$

$>

Sekolah Terbaik/terfavorit di Indonesia

Oleh KI SUPRIYOKODI dalam artikelnya “America’s Best High Schools”, baru-baru ini Newsweek mengumumkan hasil studinya tentang 1.000 SMA terbaik di Amerika Serikat (AS), “1,000 Top U.S. Schools”. Dalam daftar sekolah terbaik ini masyarakat AS pada khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya dapat mengetahui kualitas SMA di AS; setidak-tidaknya versi Newsweek.

Berdasar pada publikasi tersebut di atas, SMA terbaik di AS saat ini adalah SMA Jefferson Country yang berlokasi di daerah Irondale, Alabama (ke-1); menyusul kemudian SMA International Academy yang berlokasi di daerah Bloomfield Hills, Michigan (ke-2); serta SMA Stanton College Preparation yang berlokasi di Jacksonville (ke-3); dan seterusnya. Urutan ke-100 SMA terbaik di AS adalah SMA Grapevine yang berlokasi di daerah Grapevine, Texas.

Dengan mengetahui urutan kualitasnya, di samping bertambah banyak informasi yang diperoleh maka masyarakat lebih terbimbing dengan pertimbangan yang lebih kaya dalam mengakses sekolah. Untuk memilih sekolah dalam rangka kelanjutan studi misalnya; masyarakat lebih mudah menentukan pilihan sesuai keinginannya.

Bagaimana di Indonesia?

Kalau sekolah terbaik di AS diumumkan secara terbuka; bagaimanakah di Indonesia? Justru di sinilah masalahnya. Selama ini publikasi mengenai sekolah terbaik di Indonesia jarang atau sama sekali tidak pernah dilakukan baik oleh instansi swasta, termasuk majalah dan koran swasta, maupun oleh pemerintah sendiri yang dalam hal ini departemen pendidikan.

Standar nasional untuk menyelenggarakan lembaga pendidikan telah dibuat, pedoman menyelenggarakan sekolah yang benar pun telah disosialisasi; namun ketika masyarakat menanyakan di mana contoh sekolah yang baik dan terbaik maka sulit menemukan jawabnya.

Kiranya sekarang sudah tiba saatnya pemerintah mengumumkan secara transparan daftar sekolah terbaik menurut urutannya; misalnya saja ditentukan daftar 100 SMA terbaik secara nasional berdasarkan urutan mutunya. Dalam hal ini diasumsikan bahwa sekolah terbaik adalah sekolah yang mutunya tinggi.

Kalau bicara SMA; sekarang ini kita memiliki 8.899 sekolah, terdiri dari 3.634 atau 40,8 persen sekolah negeri dan 5,265 atau 56,2 persen sekolah swasta. Dari keseluruhan sekolah ini, Depdiknas dapat menentukan 100 sekolah terbaik secara nasional dan diperingkat berdasarkan kualitasnya secara transparan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengetahui SMA terbaik di negeri ini secara transparan juga.

Kriteria apa yang dipakai untuk menentukan SMA terbaik?

Karena kita telah memiliki PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mengatur penyelenggaraan pendidikan yang standar di Indonesia, PP ini dapat dijadikan pedoman. Artinya, SMA terbaik yang dipilih hendaknya memenuhi standar pendidikan yang telah ditentukan di dalam PP.

Berdasarkan PP tersebut terdapat 8 standar dalam penyelenggaraan SMA sebagai lembaga pendidikan formal: masing-masing adalah 1. standar isi; 2. standar proses; 3. standar kompetensi lulusan; 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. standar sarana dan prasarana; 6. standar pengelolaan; 7. standar pembiayaan; dan 8. standar penilaian pendidikan.

Tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan misalnya; di dalam Pasal 29 ayat (4) secara jelas disebutkan bahwa pendidik pada SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki: a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-4) atau sarjana (S-1); b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan c. sertifikat profesi guru untuk SMA/MA. Jadi kalau ada SMA yang tidak dapat memenuhi kualifikasi akademik seperti ini, jangan dipilih sebagai SMA terbaik. Ini baru satu jenis standar pendidikan; belum lagi menyangkut tujuh standar yang lainnya.

Bagaimana kalau yang memenuhi standar pendidikan terdapat lebih dari 100 SMA? Standar pendidikan hanyalah merupakan kualifikasi mininum; selebihnya dapat dipertimbangkan dengan aspek lain, misalnya sejauh mana prestasi akademis dan nonakademis yang pernah dicapai oleh sekolah yang bersangkutan.

Setiap provinsi

Penentuan 100 SMA terbaik di Indonesia bisa jadi akan menghasilkan nama-nama sekolah di Pulau Jawa, mengingat pendidikan di Jawa umumnya lebih maju daripada di luar Jawa. Kalau ini terjadi, akan menyulitkan sekolah di luar Jawa untuk belajar dari sekolah terbaik tersebut; pasalnya kalau daftar nama sekolah terbaik sudah diumumkan, nama-nama tersebut tentu akan dikunjungi oleh banyak tamu untuk belajar. Kesulitan tersebut dapat dikompensasi dengan menentukan 5 SMA terbaik di masing-masing provinsi.

Di AS sendiri juga terdapat nama-nama SMA terbaik pada masing-ma-sing provinsi atau negara bagian (state); misalnya saja di Texas kita dapat membaca nama-nama SMA Magnet di daerah Dallas, SMA Highland Park di daerah Dallas, SMA Science Academy of South Texas di daerah Marcedes, SMA Westlake di daerah Austin, SMA Westwood di daerah Austin, dan seterusnya.

Kita pasti bisa menentukan 5 SMA terbaik setiap provinsi; misalnya dari 498 SMA di DKI Jakarta ditentukan lima sekolah; dari 762 SMA di Sumatra Utara ditentukan lima sekolah; dari 195 SMA di Kalimantan Timur ditentukan lima sekolah; dari 103 SMA di Papua ditentukan lima sekolah; dan seterusnya. Keuntungan daftar SMA terbaik masing-masing propinsi ini untuk mempermudah proses pembelajaran dan studi banding dari sekolah-sekolah yang tidak masuk dalam daftar.

Penentuan SMA terbaik tersebut bisa dilakukan untuk satuan pendi-dikan yang lain; seperti SMK, SMP, SD, TK, dan bisa juga untuk madrasah. Penentuan nama-nama sekolah terbaik di Indonesia ini akan membantu masyarakat dalam memahami sekolah yang kita miliki!!***

Sumber: Pikiran Rakyat dalam http://awan965.wordpress.com/2007/03/19/sekolah-terbaik-di-indonesia/

Labels:

Ilmuan Sumut Kembangkan Teknologi Sampah Jadi Energi

Seorang ilmuan Sumut saat ini sedang mengembangkan suatu teknologi tepat guna (TTG) yang mampu mengolah sampah perkotaan sehingga menghasilkan panas yang uapnya kemudian dapat dikompensasi untuk menghasilkan sumber energi alternatif.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Sumut Drs H Daudsyah MM begitu mendengar informasi temuan baru ini langsung meninjau ke lokasi percobaan teknologi dimaksud di Kampus Universitas Negeri Medan (Unimed), Senin (12/5).

Meski pada saat kunjungan dimaksud ilmuan pemrakarsa teknologi tepat guna ini, DR Ilmi Abdullah MSc, tidak berada di tempat, namun beberapa staf beliau menerima Daudsyah dengan senang hati seraya menjelaskan secara ringkas manfaat teknologi yang sedang dikembangkan ini.

“Secara garis besar teknologi ini dirancang untuk mengolah sampah perkotaan sehingga menghasilkan panas yang kemudian diolah menjadi sumber enerji alternatif yang dapat dikembangkan untuk berbagai manfaat seperti bahan baku pembangkit listrik sederhana, pengolahan bahan bakar minyak (BBM) rumah tangga maupun home industry, bahkan untuk pupuk organik. Lebih jelas sebaiknya hubungan Pak Ilmi,” ujarnya seraya mengemukakan peralatan tersebut telah dapat operasional namun masih tahap percobaan dan memerlukan penyempurnaan di sana-sini.

Daudsyah yang didampingi sejumlah stafnya merespon temuan baru teknologi tepat guna ini dan pihaknya akan berkoordinasi dengan Ilmi Abdullah untuk pengembangan lebih lanjut hingga semakin layak untuk dipublikasikan dan dimasyarakatkan.

“Jika nanti beliau setuju, kita akan bantu agar operasional teknologi dapat dimanfaatkan secara luas, misalnya kita hubungkan dengan Dinas Kebersihan Pemko Medan,” tuturnya seraya mengemukakan peralatan ini sangat efektif dan memiliki multi manfaat, yakni mengatasi sampah perkotaan hingga menjadi barang bermanfaat, diperoleh sumber enerji alternatif dan memberikan keseimbangan lingkungan.

Daudsyah mengemukakan Pemprovsu memang terus memotivasi masyarakat untuk mengembangkan teknologi tepat guna pada tiga aspek utama yakni pemanfaatan sumberdaya lokal untuk diolah menjadi BBM alternatif, pembangkit listrik sederhana untuk suatu komunitas lingkungan dan pengembangan pupuk organik.

”Kita menyadari potensi sumber daya alam yang melimpah, tanpa penguasaan teknologi yang memadai untuk mengolahnya, tidak akan bermanfaat yang besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu penguasaan teknologi, terutama teknologi tepat guna bagi masyarakat desa mutlak kita upayakan secara terarah dan terencana, agar pengelolaan sumber daya alam yang tersedia menjadi efisien dan optimal,” ujarnya.

Oleh karena itu, upaya penemuan dan pengembangan teknologi yang bermutu, serta mampu diterapkan oleh masyarakat mutlak diperlukan. ”Hasil karya masyarakat tersebut patut kita hargai, dan dimanfaatkan masyarakat kita secara luas sesuai kebutuhan masing-masing. Bapak Gubsu meminta perhatian kita semua, terutama pemerintah kabupaten dan kota, agar pelayanan teknologi desa dapat difungsikan dengan baik untuk memberikan pelayan informasi berbagai jenis teknologi tepat guna yang dibutuhkan masyarakat, sekaligus tempat berlatih masyarakat untuk meningkatkan keterampilannya,” tuturnya.

Pemanfaatan sumber daya alam melalui penguasaan dan penerapan teknologi, harus dapat menjamin kelestarian dan keberlangsungan pembangunan yang berwawasan lingkungan, karena hanya dengan prinsip pembangunan seperti itulah kesejahteraan masyarakat dapat kita tingkatkan, tanpa merusak lingkungan.

sumber:http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=3260
<$

$>

Teknologi Tepat Guna Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera)

Teknologi tepat guna, mengutip dari wikipedia, merupakan teknologi yang sesuai dengan negara yang berkembang atau daerah yang berada jauh dan terbelakang di negara industri, yang mana kemungkinan kekurangan uang dan kurang dalam kemampuan untuk mengoperasikan dan memelihara teknologi tinggi. Dalam prakteknya adalah sesuatu yang dideskripsikan sebagai teknologi yang sederhana dan kebanyakan sebagai teknologi permulaan yang dapat secara efektif dapat mencapai tujuan yang dimaksud.

Karakteristik dari teknologi ini adalah biaya rendah dan membutuhkan sedikit pemeliharaan. Semakin sering pemeliharaan dapat dikatakan tepat guna, bila pemeliharaan dapat diatasi oleh keahlian yang ada secara setempat, peralatan, dan bahan. Hanya disebut tepat guna bila menggunakan teknologi yang dapat diperbaiki secara setempat.




Disisi lain teknologi tepat guna dipandang sebagai teknologi yang dapat sesuai dengan lebih dari satu atau lebih penggunaan tertentu, khususnya digunakan secara setempat oleh anggota dari komunitas tertentu. Sebagai contoh adalah penggunaan secara langsung dari energi surya di India. Komunitas Auroville di Pondicherry India, telah memasang “Solar Bowl” yang besar, digunakan sebagai alat masak energi surya. Digunakan di tempat yang memiliki iklim yang memungkinkan matahari bersinar dengan cerah.

Teknologi tepat guna tidak berarti teknologi yang rendah. Penggunaan cahaya dari lampu LED kadang dapat digunakan di daerah yang terpencil dimana kebutuhan energi LED sangat sedikit sehingga dapat menghemat energi.

Dengan mengutamakan biaya yang rendah, penggunaan bahan bakar fosil yang sedikit, dan menggunakan sumber daya lokal dapat memberikan keuntungan yaitu keberlanjutan.

Pengolahan air

Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara kesehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air manfaat yang dapat dipergunakan sebagai air bersih, untuk menjadi air bersih / air minum harus mengalami suatu Teknologi.

Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melaui system distribusi melalui perpipaan ke area pelayanan.

Pengolahan Air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun dikurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. Teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan kualitas air yang bermacam-macam untuk dapat diolah.

Pusat-pusat pengolahan air perkotaan atau municipal water treatment dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu me- ngendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpencil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.

Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah penggunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The Environmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggunaan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, menengah, dan besar.Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagulan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.


Moringa oleifera



Sinonim: Moringa pterygosperma,Gaertn.

Nama Lokal :

Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).

Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai “horseradish” karena rasa akarnya menyerupai “radish”.

Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketingginan batang 7 -11 meter. Di jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk kekacang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).

Pohon kelor

Budidaya tanaman Moringa atau kelor memerlukan pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.


Penjernihan air

Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “terbang” ke mana-mana.

Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).

Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.

Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit.

Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga.

Efisiensi proses

Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.

Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.

Sumber : http://kharistya.wordpress.com/2006/11/09/teknologi-tepat-guna-penjernihan-air-dengan-biji-kelor-moringa-oleifera/

Labels:

inovasi hemat biaya:Telkom manado PTUS (pesawat telepon umum swalayan)

Telkom Manado mampu menciptakan satu pesawat pencatat pulsa murah dan akurat yang bisa digunakan sebagai PTUS (pesawat telepon umum swalayan) oleh wartel-wartel. Atau karyawan PT Telkom Bukittinggi menemukan alat pembor jalan, sehingga penanaman kabel telepon memintas jalan tak perlu mengganggu lalu lintas, bahkan tidak merusak jalan itu sendiri.

Penemuan itu selain merupakan terobosan teknologi terapan, juga mengurangi biaya yang tidak perlu. Penemuan PTUS bisa menghemat biaya, dari seharusnya sekitar Rp 20 juta per unit, menjadi cuma satu juta rupiah saja. Akurasinya dijamin, walau bentuknya masih sangat hand made dari rakitan komponen yang semuanya ada di pasar elektronik.

Temuan putra-putra daerah Bukittinggi, jelas menghemat biaya sangat besar. Jika menanam kabel telepon memintas jalan raya, selain biaya gali dan rapikan kembali yang tidak murah, lalu lintas terganggu dan pemandangan jadi centang perentang. Alat bor jalan ini sangat mudah dioperasikan, bahkan oleh seorang yang tidak bersekolah.
***

DI Medan, calon pelanggan telepon kini tak usah payah-payah membuat peta seperti biasanya, sebab PT Telkom Divisi Regional II Sumatera sudah menyediakan peta jaringan di komputer mereka. Meski peta-peta tersebut baru tersedia di kota Medan, namun ini merupakan langkah awal PT Telkom yang setia melayani pelanggannya.

Menurut Kepala Dinas Operasi Pemeliharaan Jaringan Kandatel Medan, Laras Siboro, mereka kini sudah mengoperasikan Sikojak, atau sistem komputer jaringan kabel. Sistem ini menyediakan informasi mengenai jaringan kabel telepon di wilayahnya dan sudah dioperasikan penuh sejak beberapa waktu lalu.

Dari Sikojak ini, dibuat aplikasi yang ditujukan bagi kenyamanan pelanggan, dengan menyediakan Medan MOSS (mapping one stop service) yang bisa menampilkan peta daerah tempat pelanggan tinggal. Pada tampilan di komputer pelanggan menunjukkan alamatnya dan petugas dengan mempelajari fasilitas jaringan yang ada, bisa langsung menentukan apakah permohonan diterima atau ditolak.

Sesuai namanya, MOSS membuat calon pelanggan tak perlu pergi ke tempat lain lagi agar permohonannya bisa diterima, tak perlu lagi membawa peta. Petugas juga tidak perlu lagi menunggu informasi dari bagian jaringan kabel, karena tampilan di komputer memenuhi kebutuhan dua pihak itu.

Menurut Laras, pembuatan peta didasarkan pada peta umum yang banyak dijumpai di pasar. Namun untuk melengkapinya, 30 petugasnya dikerahkan selama tiga bulan untuk membuat gambar lebih detil dan penyesuaian peta dengan keadaan aktual. Peta-peta MOSS itu selain menampilkan keadaan geografi wilayah Medan juga lokasi para pelanggan, kapasitas RK (rumah kabel) yang mencatu sekitarnya dan kemungkinan adanya nomor yang belum terjual.

Jika permintaan mereka belum bisa dipenuhi, data-data pemohon terekam di komputer yang nantinya akan mengeluarkan surat panggilan jika jaringan kabelnya sudah ada. Kalau diterima, si pemohon dapat langsung membayar biaya pasang, dan menunggu petugas memasang telepon di rumah.

"Kami merancang semua sendiri tanpa konsultan dengan perangkat lunak yang ada di pasar, misalnya Autocad," kata Laras. Namun untuk sementara baru ada lima service point di Medan yang menyediakan MOSS ini yang dalam waktu dekat akan diperluas ke seluruh Medan.

Kepala Divisi I PT Telkom, Agus Utoyo menyebutkan, upaya anak buahnya ini patut diacungi jempol. Mereka memikirkan kemungkinan-kemungkinan teknis bagi kenyamanan pelanggan, dan pihaknya menyediakan perangkat-perangkatnya untuk mewujudkan pemikiran tadi. Menurut dia, usulan-usulan dari bawah harus ditampung dan dikembangkan, karena dengan demikian semangat kerja anak buahnya akan terus terpelihara. "Apalagi sesuai dengan pemikiran Dirut PT Telkom, bekerja bagi kami adalah ibadah," kata Agus.

Temuan-temuan ini, kata Agus akan terus dikembangkan dan kalau memenuhi persyaratan teknis akan diterapkan untuk seluruh kandatel di Sumatera. Bisa jadi, temuan yang membawa kemudahan ini akan juga
dijadikan standar pelayanan service point PT Telkom di seluruh Indonesia.

Ini seperti temuan Kandatel Manado untuk PTUS yang juga sudah digunakan luas di Jawa Tengah selain Sulawesi Utara sendiri. Sementara telepon mendongeng yang diperkenalkan di Padang, kini digunakan pula oleh daerah-daerah yang banyak "telepon tidurnya". Telepon dipasang, tetapi tidak cukup banyak digunakan sehingga PT Telkom merasa "rugi" dari minimnya produksi pulsa. Dengan telepon berdongeng, anak-anak kecil suka sekali memanggil nomor dongeng itu, sehingga praktis telepon jadi produktif.


sumber: http://www.hendrowijono.com/home/35-telekomunikasi/1021-penemuan-karyawan-imbangan-teknologi.html

Labels:

Etanol Dapat Diperoleh Dari Tuak

Ujicoba proses pembuatan etanol dari minuman tuak oleh Dinas Pertambangan dan Energi Tuban ditanggapi masyarakat dengan baik. Langkah ini menghasilkan keuntungan sebesar Rp2.500 dari hitungan harga jual dua liter etanol sebesar Rp17.500 dikurangi biaya tuak dan Gulajawa sebesar Rp15.000.

Kadis Pertambangan dan Energi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban, Jawa Timur (Jatim) Mudji Slamet, menyatakan proses pembuatan etanol dari minuman tuak sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) direspon positif oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari kedatangan mereka untuk mempelajari proses pembuatan minuman tuak menjadi etanol.

Sejumlah sentra daerah penghasil minuman tuak di Tuban seperti Kecamatan Plumpang, Palang, dan Tambakboyo. Minuman tuak dihasilkan dari pohon nira.

Minuman tuak dapat dirubah menjadi etanol, ujar Mudji, dengan campuran 10 liter tuak dengan Gulajawa seharga Rp15.000. Kemudian, campuran ini difermentasi selama tujuh hari. Selanjutnya disuling yang menghasilkan dua liter etanol seharga Rp17.500. Sekitar 4.000 pohon nira terdapat di Tuban.

Sementara itu Bupati Tuban Haeny Relawati mengusulkan etanol yang diperoleh dari minuman tuak masuk kurikulum pendidikan. Hal sedang diujicobakan di Kantor Dinas Pertambangan dan Energi Pemkab Tuban. Mochamad Ade Maulidin

sumber:http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3030:etanol-dapat-diperoleh-dari-tuak-&catid=53:aumum

Labels:

Televisi, Sejarah Penemuan TV

Sejarah Penemuan dan Inovasi Televisi
Sebelum saya lebih jauh lagi menulis perkembangan dunia televisi, maka alangkah baiknya jika blog ini juga saya isi dengan tulisan tentang sejarah penemuan dan inovasi televisi di dunia. Saya menyusun bahan ini dari berbagai sumber, termasuk Wikipedia.

Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.

Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun.

Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, yaitu hukum Gelombang Elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.

1876 - George Carey menciptakan Selenium Camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai Sinar Katoda.

1884 - Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut Teleskop Elektrik dengan resolusi 18 garis.

1888 - Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.

1897 - Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan oleh ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi cikal bakal televisi layar tabung.

1900 - Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.

1907 - Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.

1927 - Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.

1923 - Vladimir Kozma Zworykin, mendaftarkan paten atas namanya untuk penemuannya, kinescope, televisi tabung pertama di dunia. Setahun kemudian, dia mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat dan menyelesaikan studi doktornya di Universitas Pittsburgh. Vladimir lahir di Rusia, 30 Juli 1889. Dia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT. Dia bekerja di perusahaan elektronik RCA dan selama 1930 hingga 1940-an, perusahaan itu memanjakannya dengan menguras dana US$ 150 juta untuk produksi teknologi televisi. Keterbukaan Zworykin pada kritik, membuatnya menemukan penemuan baru lagi. Sebuah kamera tabung. Ini melengkapi teknologi televisi tabung penemuannya. Penemuan itu dinamakannya iconoscope, berasal dari bahasa Yunani, icon yang berarti citra dan scope yang berarti mengamati. Ia meninggal karena usia tua pada 29 Juli 1982. Dialah yang kemudian sebagai Sang Penemu Televisi. (1889-1982).

1939 - tepatnya tanggal 11 Mei, untuk pertama kalinya, sebuah pemancar televisi dioperasikan di kota Berlin, Jerman. Dengan demikian, dunia mulai berkenalan dengan alat komunikasi secara visual. Stasiun televisi itu kemudian diberi nama Nipko, sebagai penghargaan terhadap Powel Nipkov, ilmuwan terkenal Jerman dan salah seorang penemu peralatan televisi.

1940 - Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1956 - Robert Adler kelahiran Amerika Serikat bersama rekannya Eugene Polley, menemukan remote control televisi. Walaupun bukan televisinya, tetapi penemuannya menjadi sangat penting bagi teknologi televisi. Dia meninggal dalam usia 93 tahun. Penerima penghargaan Emmy tahun 1997 karena penemuannya itu mendapatkan lebih dari 180 paten Amerika selama karir 58 tahunnya. Menurut istrinya, pengendali jarak jauh televisi itu bukanlah penemuan favoritnya dan dia jarang menonton televisi.

1958 - Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan layar televisi dikemukakan oleh Dr. Glenn Brown.

1964 - Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.

1967 - James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 - Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 - Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.

1979 - Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.

1981 - Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.

1987 - Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 - Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai. Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.

2000-an, masing-masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.

2008 dan seterusnya, menyusul perkembangan televisi digital di negara-negara Amerika dan Eropa, Indonesia juga akan menerapkan sistem penyiaran Televisi digital (Digital Television/DTV) adalah jenis TV yang menggunakan Modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.

Latar belakang pengembangan televisi digital:
-Perubahan lingkungan eksternal
-Pasar TV analog yang sudah jenuh
-Komplain adanya noise, ghost dll
-Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel (Cable Television)

Perkembangan teknologi :
-Teknologi pemrosesan sinyal digital (Digital Signal Processor)
-Teknologi transmisi digital
-Teknologi semikonduktor
-Teknologi peralatan display yang beresolusi tingggi

Keunggulan televisi digital :
-High Definition. 5~6 kali lebih halus dibanding televisi analog
-Finest sound. Kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya
-Multifunction. Memberi kemampuan untuk merekam dan mengedit siaran
-Multichannel (satu saluran dapat diisi lebih dari 5 program yang berbeda)

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

sumber:http://duniatv.blogspot.com/2008/02/sejarah-televisi.html

Chip made in Indonesia Bisa Bersaing Dengan Rancangan Luar (Negeri)

Terobosan baru coba digarap putra putri Indonesia lewat penemuan chip. Bukan tanpa sebab, penemuan ini sebenarnya adalah mimpi dari para pakar IT di Indonesia. Tak mengherankan, jika chip yang diberi nama Xirka ini diluncurkan langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Kusmayanto Kadiman.

Penemuan ini tentu tak luput dari pandangan pakar IT, Onno W. Purbo. Mantan Dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memberikan beberapa pandangannya soal penemuan chip ini.

”Dari sisi teknologi, jelas pembuatan chipset xirka merupakan terobosan besar di bidang teknologi rangkaian terintegrasi dan teknologi telekomunikasi di Indonesia,” paparnya.

Menurut Onno, penemuan ini sebenarnya sudah sejak lama dipikirkan oleh rekan-rekannya di ITB. ”Sudah sejak 15 tahun lalu, sebetulnya teman-teman di ITB sudah mampu untuk merancang chip sendiri, sayang dulu kayaknya belum terpikir jenis chip apa yang harus dirancang supaya cocok dengan kebutuhan industri di Indonesia,” tutur dia.

Chipset Wimax Xirka ini, tambah ia, secara teknik bisa bersaing dengan produk buatan luar negeri. Namun, secara ekonomi, chip ini harus bisa survive di pasar Indonesia.

”Untuk bisa survive, sebuah chip harus dijual dalam jumlah yang sangat besar, mungkin ratusan ribu unit per bulan. Kalau kebijakan pemerintah Indonesia tidak memungkinkan terjadinya pasar dalam jumlah ratusan ribu unit per bulan, maka jangan terlalu berharap chip tersebut akan survive,” tandasnya.

Onno berpendapat, permasalahan tersebut merupakan tantangan, tak hanya bagi perusahaan yang memproduksi chip, tetapi justru tantangan bagi pemerintah. Pemerintah diharapkan mampu membuka jalan bagi kelangsungan produksi chip dalam negeri.

Sebenarnya penemuan ini, menurut Onno, didukung dengan booming broadband di Indonesia. Selain itu, adanya trend WIMAX nantinya akan mengarahkan juga ke chip telekomunikasi.

Pria kelahiran Bandung, 17 Agustus 1962 ini mengakui bahwa talent lokal di Indonesia memiliki kemampuan yang baik dalam merancang chip yang kompleks. Dia berharap, penemuan ini akan memicu banyak mahasiswa untuk memasuki dunia perancangan chip.

Di sisi lain, lulusan Master dari McMaster University, Kanada ini melihat kemungkinan migrasi yang akan terjadi pada industri di Indonesia. Migrasi tersebut dari negara reseller atau distributor, menjadi benar-benar manufaktur peralatan. ”Tentunya, migrasi ini akan terjadi jika ada jaminan pasar yang besar dari dalam negeri,” kata dia.

Untuk dukungan bagi pengembangan industri IT di Indonesia, Onno berpandangan, pemerintah terkadang salah arah dalam mengambil kebijakan. Dia menyontohkan beberapa persoalan tentang open source, VoIP, Wireless Internet, dan RT/RW-net.

Dengan penemuan ini, bukan berarti tugas peneliti selesai. Dari sebuah chipset, kata Onno, masih ada beberapa tahapan lagi untuk sampai menjadi prototype. Kemudian menjadi produk, sekaligus unggulan manufaktur. Dan pada akhirnya bisa diadopsi oleh masyarakat secara massal. ”Ini semua akan sangat tergantung dari proses edukasi masyarakat, proses terakhir (unggulan manufaktur dan adopsi secara massal) sering dilupakan oleh birokrat dan industri,” tambah dia.

”Perjalanan masih panjang, semoga teman-teman perancang chip maupun investornya mempunyai sumber daya yang cukup untuk dapat menahan nafas dalam waktu yang lama. Sebelum nanti merasakan hasil jerih payahnya,” ujar Onno.

Ketika ditanya apakah penemuan ini merupakan tonggak kebangkitan industri IT, Onno menjawab, itu hanya bisa dijawab 10 hingga 20 tahun lagi. Kita semua selalu berharap demikian.

sumber : http://www.teknopreneur.com/content/onno-wpurbo-chip-ini-bisa-bersaing-dengan-rancangan-luar-negeri

Labels:

Pertanian Organik : Teknologi Lokal.

Nyaris tidak seorang petani pun bisa lepas dari penggunaan pupuk dan pestisida kimia dalam bercocok tanam. Pemakaian pupuk dan obat kimia kian boros dan merajalela bila terjadi serangan hama dan penyakit terhadap tanaman mereka.

Padahal, dalam banyak kajian, penggunaan bahan anorganik itu menjadikan tanah rusak, miskin unsur hara, dan mutu produksi menurun karena tanah dipaksa berproduksi maksimal. Kajian lain bahkan menyebut, penyakit kanker, misalnya, antara lain disebabkan bahan kimia yang melekat pada komoditas bahan pangan dan sayuran saat proses produksi, kemudian dikonsumsi manusia.

Ketergantungan pada teknologi anorganik itu bertolak belakang dengan cara bertani para petani di masa lalu. Pada era sebelum tahun 1970-an, para petani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, umumnya amat akrab dengan alam dalam aktivitas bercocok tanam.

Untuk memulihkan kondisi tanah setelah digunakan sekali musim tanam, tanah diberi pupuk dengan tanaman gerompong (bahasa lokal)—biasanya ditanam di pematang sawah—ditambah jerami dan kotoran ternak. Bahan alami itu dicampur dan disebar merata di lokasi tanah garapan, sampai kemudian “disatukan” saat tanah dibajak.

“Daun srikaya besar yang dicampur daun tembakau, kemudian direndam selama semalam, bisa dijadikan pestisida untuk menghalau hama wereng,” ujar Mulyadi Fajar, petani Dusun Dasan Pae, Desa Jerowaru, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, tentang kearifan lokal nenek moyang mereka.

“Daun tembakau dipakai untuk melepas cengkeraman lintah yang menempel di bagian kaki. Caranya, siram saja pakai air tembakau,” ungkap Saparudin, warga Dusun Mapak Dasan, Desa Kuranji, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat.

“Dulu tiap malam ayah kami membakar daun legundi yang ternyata asapnya untuk mengusir nyamuk,” kata lelaki lulusan SMP yang memproduksi pestisida alami yang disebutnya Superbio dan kini digunakan petani di kecamatan itu.

Kearifan-kearifan dan “teknologi” lokal itu kini dirajut kembali oleh petani di sejumlah desa di Pulau Lombok. Mereka menggunakan kotoran sapi dan kerbau sebagai pupuk bagi tanah selama setahun, ditambah pupuk organik yang berfungsi sebagai nutrisi bagi tanaman, juga menetralisir pupuk kimia yang masih digunakan meski porsinya relatif kecil.

Menurut Eko SB Harianto dari Yayasan Satia Dharma Mataram, tercatat 30-40 hektar lahan yang diuji coba maupun yang sudah menghasilkan produk komoditas pertanian organik, seperti padi hibrida, padi varietas lokal, kedelai, kacang panjang, dan sayuran lainnya.

Petani Dasan Pae sudah merasakan manfaat bertani dengan sistem akrab alam itu.

Menurut Mulyadi, tercatat 2.750 hektar sawah milik 55 petani di dusun itu pada tahun 2005. Tiap petani memiliki 50 are. Lahan itu—setelah dibajak—diberi pupuk kotoran sapi 1,5 kuintal-2 kuintal per 50 are, kemudian 75 kg pupuk urea dan 1 kg pupuk organik.

Pada musim tanah berikutnya, kotoran ternak dikurangi kebutuhan, dan tidak memakai pupuk kimia. “Saya masih pakai pupuk kimia, tapi porsinya kecil karena waswas saja, jangan-jangan tanaman tidak tumbuh baik,” kata Mulyadi.

Hal senada dikatakan Rena Mendurihanti, pendamping kelompok tani Dusun Penangsa, Desa Sengkerang, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah. Tanah juga ibarat manusia yang kecanduan narkoba dan perlu waktu untuk meminimalisasi ketergantungan itu.

Dari hasil uji coba tadi, ucap Mulyadi, terjadi kenaikan produksi padi hibrida (IR 64, Ciherang) dari 3 ton-3,5 ton naik menjadi 4,5 ton per hektar. Jumlah itu dinilai signifikan, mengingat Dusun Pae dan Dusun Penangsa berada di wilayah selatan Pulau Lombok.

Daerah ini dianggap kritis, dengan hari hujan pendek (90 hari setahun) dan tanah sawah merekah akibat dibakar terik matahari.

Kenaikan produksi terlihat pada kedelai yang ditanam setelah panen padi. Dari 100 batang kedelai yang ditanam pada tiap pematang, seluruh batang tanamannya berbuah lebat. Sekali petik saat panenan, nilai jual kedelai petani bisa mencapai Rp 40.000-Rp 50.000 sehari. Berbeda dengan ketika menggunakan pupuk kimia, hanya bagian tengah dan atas batang kedelai yang berbuah, bagian bawahnya hampa buah.

“Dulunya, panen kedelai hanya cukup untuk sayur. Namun setahun terakhir, selain dimakan sendiri, juga bisa dijual,” ucap Mulyadi.

Peningkatan hasil terlihat juga dari tanaman kacang panjang yang juga ditanam pada pematang sawah. Sekali panen kacang panjang yang dijual Rp 500-Rp 1.000 per ikat (berisi 10 batang), hasil penjualannya Rp 60.000. Panen kedelai berjalan tiap hari selama 40 hari.

Sedangkan harga beras (IR 64) yang menggunakan pupuk organik dijual Rp 4.500-Rp 5.000 per kg atau lebih tinggi dari harga beras varietas sama yang menggunakan pupuk kimia, Rp 2.900-Rp 3.500.

Dari pantauan Mulyadi dan Rena, terlihat penggunaan kotoran ternak dan pupuk organik membuat tanaman padi tahan pada serangan hama, batangnya kokoh dan tegak, serta kematangan bulir padi lebih sempurna.

Mulyadi dan Rena menunjuk bukti lain, yaitu hasil panenan Maret-April. Produksi padi organik lebih tinggi 1,2 ton dibandingkan dengan produksi musim tanam yang belum organik.

Keberhasilan uji coba itu kini mulai diterapkan petani di sejumlah wilayah subur air dan kurang air di Pulau Lombok, seperti Lombok Barat (Desa Pemenang Barat dan Desa Lingsar), Lombok Tengah (Desa Lantan, Loangmake, Jelantik di samping Dusun Penangsa), serta Lombok Timur (Desa Pengadangan, Wanasaba, Sambelia, dan Sembalun). Areal sawah yang digunakan untuk pertanian organik itu relatif kecil, rata-rata 20 are-50 are. Itu bisa dimaklumi, kata Nyoman Kantun, peneliti dan dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram, karena petani hati-hati dan masih butuh bukti nyata dari pertanian organik.

Artinya, petani harus disiapkan menerima teknologi pertanian ramah lingkungan ini, apalagi ada kecenderungan petani dewasa ini masih setengah hati menekuni usaha taninya, berbeda dengan leluhur mereka yang memang petani tulen.

Kantun yakin, produk pertanian organik mendapat pasar, asalkan kesinambungan produknya terjaga. Termasuk kesinambungan suplai pupuk organik yang masih didatangkan dari luar Nusa Tenggara Barat. Jangan sampai petani yang sudah merasakan manfaatnya terganjal sarana produksi, yaitu tersendat dan mahalnya suplai pupuk organik.

Guna menghindari ketergantungan itu, diupayakanlah produk pupuk organik oleh para petani dan peneliti lokal. Apalagi bahan baku tersedia melimpah di NTB.

Inisiatif sebagaimana ditunjukkan para petani “kreatif”—sebutlah Saparudin, misalnya— lalu menemukan sendiri formula pestisida alami.

Selain bermanfaat bagi kelangsungan usaha tani, penemuan dan kreativitas seperti itu sebenarnya merupakan kegiatan penemuan ulang teknologi lokal, yaitu tradisi bertani yang pernah dilakukan oleh para leluhur.

Oleh: Khaerul Anwar
Sumber: KOMPAS, 19 Oktober 2006
dalam http://pampang.wordpress.com/pertanian-organik-3-habis-teknologi-lokal/

Labels:

Kisah sukses Korban PHK Menjadi Pengusaha Garmen

Berbekal dana pinjaman dari keluarga dan pengalaman karier sebelumnya, Johanes Daloma nekat mendirikan usaha garmen sendiri. Salah satu merek produknya, Andre Laurent, kini tercatat sebagai salah satu pencetak penjualan terbesar untuk kategori pakaian pria di jaringan Matahari Department Store.

Bagi mereka yang rajin berbelanja di Matahari Department Store, pasti tak asing lagi dengan merek pakaian pria Andre Laurent. Produknya yang terdiri dari kemeja, celana panjang, jas dan jaket (formal dan informal) mengisi rak-rak pakaian pusat belanja milik Grup Lippo itu. Merek busana pria ini bersaing ketat dengan pemain sejenis antara lain Executive, Cardinal, dan Lawell. Kendati pesaingnya amat banyak, merek Andre Laurent mampu eksis. Bahkan, kinerja merek yang telah berusia 23 tahun ini belakangan terus meningkat.

Boleh jadi, karena kinerjanya yang oke itulah, pertemuan kami dengan Johanes Daloma, pemilik merek Andre Laurent terasa nyaman. Senyum ramah di wajah Presdir PT Bumi Pusaka Adhi Perkasa (BPAP), perusahaan pengelola merek ini, menyambut kami ketika menemuinya di Restoran Raja Laut di Jl. A. Yani Jakarta Timur – resto seafood yang dikembangkan setelah sukses sebagai pengusaha garmen.

Johanes menceritakan, berdirinya BPAP diawali kepahitan. Sebelum terjun ke bisnis garmen, ia bersama-sama temannya sekantor kehilangan pekerjaan, alias di-PHK-kan, karena tempat mereka bekerja, PT Dua Perintis, pemegang merek Executive 99, kolaps akibat krisis ekonomi saat itu. Meski sempat bingung mau kerja apa, Johanes yang sebelumnya banyak berkecimpung di bagian pemasaran garmen, memutuskan untuk membuka perusahan garmen baru. ”Saya mengajak kawan-kawan yang pernah satu company di Executive 99 yang dilikuidasi tahun 1985,” ujar pria kelahiran Jakarta 1 Mei 1949 ini.

Pada 1985 itulah BPAP berdiri. Lalu, ia merekrut sekitar 30 karyawan dari staf hingga tukang jahit. Dari mana modalnya? Sebagian pinjaman dari keluarga dan sebagian lagi dari pemasok. Untuk lokasi produksi, ia memilih sebuah rumah di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. “Pada saat itu kami hanya bermodal mesin Butterfly Singer yang pakai motor tempel,” katanya mengenang. Mengenai sokongan dari pemasok, menurutnya, karena bisnis garmen ini pada dasarnya kepercayaan, maka ia bisa mendapatkan kredit dari pemasok.

Pocky, Manajer Pemasaran dan Penjualan BPAP, mengakui secara finansial perusahaan ini tidak memiliki kapital yang besar, tetapi bosnya, Johanes, mampu membina kepercayaan para pemasok. Alhasil, mereka tetap mendukung dan memasok barang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Perusahaan selalu melakukan pembayaran dengan benar sesuai dengan ketentuan,” ujar Pocky.

Setelah 1,5 tahun berkembang, lokasi produksi pindah ke pabrik di kawasan Pulogadung. Menurut Johanes, menggarap bisnis garmen itu gampang-gampang susah. Pasalnya, bahan baku yang diterima dari pemasok kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, misalnya warna bahan tidak sama atau kancing tidak cocok. Itulah sebabnya, di industri ini pelaku garmen harus memiliki kemampuan kontrol mutu yang baik. “Persaingan begitu ketat dan makin sulit eksis,” katanya.

Johanes mengakui, dengan skala seperti sekarang mengelola perusahaannya lebih rumit ketimbang ketika masih berbentuk home industry. Sebab, ia harus mengurus banyak orang dengan berbagai macam karakter. Sebagai contoh, di satu sisi, ada masalah dengan upah minimum regional (UMR), sedangkan di sisi lain, karyawan tidak mencapai kinerja seperti yang diharapkan perusahaan. “Pemerintah harusnya memberi insentif karena industri ini padat karya,” ujarnya sambil menyebutkan total karyawan di pabrik mencapai 130 orang.

Merek pertama yang diluncurkan BPAP adalah Lu Cent. Adapun merek Andre Laurent diluncurkan kemudian pada 1988. Selain Andre Laurent, BPAP juga mengembangkan merek Stefanel yang ditujukan sebagai uniform atau seragam kantor. Juga ada merek Junior yang membidik pasar anak-anak. Saat ini, Andre Laurent merupakan merek andalan BPAP. “Lu Cent lebih ke menengah-bawah, sedangkan Andre Laurent sedikit menengah-atas,” ujar pria yang selalu berpakaian rapi ini. Di department store, yang paling banyak diminati konsumen adalah celana, jaket dan kemeja dari merek Andre Laurent. Harganya Rp 100-200 ribu per potong untuk celana, dan Rp 400-600 ribu untuk jaket.

Selain menitipkan produknya di department store, BPAP melayani pula pesanan seragam. Tak hanya dari Jakarta, tapi juga dari kota-kota lain di daerah. Beberapa pelanggannya yaitu HSBC, ANZ, serta beberapa perusahaan farmasi dan sekolah. BPAP tidak mematok jumlah minimum pesanan. Contohnya, SMU Kanisius memesan tiap tahunnya secara rutin rata-rata 200 potong untuk acara pelepasan kelulusan.

Selain bermain di pasar lokal, BPAP pun pernah menjajal pasar ekspor seperti Australia, Malaysia dan Belanda. Hambatannya, menurut Johanes, karena perusahaannya relatif belum besar, konsentrasi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal terpecah. Padahal standar yang diminta untuk masuk ke pasar ekspor sangat tinggi dan detail. “Dari Australia masih ada order 500-1.000 potong tergantung event. Kami bukan menolak, kalau bisa syukur, kalau tidak ya tidak mengejar,” katanya simpel.

Untuk memasarkan produknya, tampak jelas BPAP mengandalkan distribusi lewat department store. Salah satunya mitra terbesarnya adalah Matahari, dengan menerapkan sistem konsinyasi. Menurut Johanes, alasan ia bermitra dengan Matahari, lantaran department store ini cukup toleran terhadap mitra-mitranya. Selain itu, pertumbuhan gerai Matahari cukup tinggi, yakni bisa membuka hingga 10 gerai baru per tahun. Untuk mengimbanginya, BPAP juga harus mempersiapkan produk-produknya. Saat ini kapasitas produksi BPAP mencapai 15 ribu potong per bulan, padahal dulu hanya 1.000 potong per bulan. “Yang jelas, kami tidak asal bikin,” kata Johanes.

Uniknya, dalam memasarkan produknya, Johanes mengaku, BPAP tak memiliki bujet promosi yang jelas. Toh, Andre Laurent sering mengadakan kerja sama barter dengan beberapa radio berupa vocer belanja. Johanes menyebutkan, karena keterbatasan dana, promosi lebih banyak dengan pola below the line (BTL) dengan mengandalkan pramuniaga. “Jangan cuma mengharapkan satu orang beli, tapi bagaimana mengajak temannya atau keluarganya ikut beli juga,” ia berujar.

Diceritakan Johanes, di tengah perjalanan perusahaannya sempat terpuruk manakala krismon tahun 1998. Selain permintaan menurun, suplai bahan baku dari pemasok juga sulit. Untuk mengatasi situasi itu ia menyesuaikan jumlah produksi dengan kemampuan perusahaan.

BPAP pun berusaha selektif. Saking selektifnya, perusahaan ini tak segan-segan menarik produknya dari pasaran jika dinilai tidak cocok. Alasannya, hal itu akan berpengaruh terhadap citra produk perusahaan.

Untuk menyiasati persaingan, lanjut Johanes, BPAP tetap bertumpu pada kualitas. Khususnya, pola (pattern) dan kenyamanan dalam mengenakan produk fashion. Ia menerangkan, orang Indonesia mencari merek tertentu bukan karena harganya, melainkan lebih pada pattern-nya. “Orang pakai sepatu beberapa bulan rusak bukan karena modelnya, tetapi karena pattern-nya,” ucap pehobi renang dan jogging ini. Adapun inovasi yang dilakukannya pada produk Andre Laurent yaitu menyediakan kantong kecil yang ada di dalam saku celana. Fungsinya sebagai tempat handphone atau korek api.

Untuk mengembangkan usaha garmennya ini, Johanes mulai melirik segmen young generation. Menurutnya, selama ini merek Andre Laurent dikenal sebagai produk untuk kalangan profesional. Padahal target pasar untuk kalangan anak muda sangat besar. “Kami akan buat Andre Laurent versi young generation. Apalagi, di musim graduate,” ujarnya.

Menurut Gunawan S. Tejokusumo, Manajer Merchandising for Man Wears Matahari Department Store, brand Andre Laurent di Matahari termasuk yang banyak dicari saat ini. “Untuk celana dan jas peringkat tiga, di bawah The Executive dan Cardinal,” kata Johanes yang mengakui BPAP sudah lama bekerja sama dengan Matahari. Pertumbuhan dari tahun ke tahun menunjukkan grafik yang positif, rata-rata tumbuh belasan persen per tahun. “Penyebarannya cukup banyak, Batam hingga Ambon, dan hampir di seluruh gerai Matahari produknya ada.”

Oleh : Yuyun Manopol & Moh. Husni Mubarak

Sumber : swa.co.id dalam http://ruangmaya.wordpress.com/2009/03/11/korban-phk-yang-sukses-jadi-pengusaha-garmen/

Labels:

Kisah Sukses Seorang Pengusaha Tas Lokal

Bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak harta yang melimpah tentunya menjadi keinginan setiap orang. Tidak mustahil, itu semua tentu saja bisa menjadi kenyataan asalkan dibarengi dengan usaha dan do'a. sebagai contoh kita lihat para pengusaha lokal yang sukses merintis perusahaannya dari 0 (nol), perusahaan yang mereka miliki sekarang ini bukanlah warisan dari dari orangtuanya, tetapi murni hasil dari kerja keras dirinya sendiri. Mungkin sepenggal kisah pengusaha tas asal Bandung yang satu ini bisa menginspirasi Anda untuk menjadi seorang entrepreuneur yang sukses. yuk, langsung saja kita simak penggalan kisahnya.

Rony Lukito, pengusaha tas terbesar di Indonesia ini dulunya adalah seorang anak dari keluarga yang memperihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum berada. Dimasa remajanya Rony yang tinggal di Bandung adalah sosok pemuda yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri atau pun perguaruan tinggi swasta terfavorit. Melainkan dia hanyalah seorang lulusan STM (Sekolah Teknologi Menengah), meskipun sebenarnya dia sangat ingin sekali melanjutkan study-nya di salah satu perguruan tingggi swasta terfavorit di Bandung. Namun keinginannya itu tidak menjadi kenyataan karena harus terbentur masalah keuangan.

Semenjak bersekolah di STM Rony sudah terbiasa berjualan susu yang dibungkus dengan plastik-plastik kecil, diikat dengan karet, kemudian susu tersebut ia jual kerumah-rumah tetangganya dengan menggunakan sepeda motor miliknya. Masa remaja Rony di Bandung dilewati dengan penuh kesederhanaan yang jauh dari kehidupan serba ada apalagi yang disebut kehidupan glamour. Sesuatu yang tidak berlebihan jika banyak orang yang mengatakan bahwa keberhasilan itu memang akan selalu berpihak kepada orang-orang yang mau bekerja keras dan sungguh-sungguh ingin merubah nasibnya. Demikian pula Rony yang sejak remaja biasa bekerja, kini ia berhasil menjadi pengusaha sukses di bisnis tas berkat serangkaian usaha dan kerja kerasnya. Tidak salah memang jika Rony dikatakan sebagai seorang pengusaha tas terbesar di Indonesia.

Itu memang bukan kalimat yang berlebihan, lihat saja produk yang di hasilkan dari perusahaan Rony, B&B Incorporations (B&B Inc.) merajai pasar tas yang ada di Indonesia. Para pengunjung taktiku tentu kenal dengan merek-merek tas yang sudah populer ini, seperti: Eiger, Export, Neosack, Bodypack, Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica, Broklyn dll. Mungkin merek tersebut dikalangan anak sekolah dan kuliahan sudah tidak asing lagi, yang memang produk-produk hasil perusahaan Rony sengaja di targetkan untuk kalangan pelajar.

Semua merek tas tersebut di distribusikan secara nasional, sehingga wajar bila merek dagangnya sudah sangat terkenal. Produk Rony juga tersedia di berbagai outlet modern seperti Toserba Ramayana, Matahari Departemen Store, Robinson, dan berbagai hypermart seperti Carrefour, hingga jaringan toko-toko buku seperti Gramedia, dan Gunung Agung belum lagi toko-toko dan grosir tradisional lainnya.

hmmm... luar biasa bukan ?. Bagaimana, apakah Anda sudah tertarik untuk menjadi seorang entrepreuneur? :) Perusahaan Rony murni dari hasil kerja kerasnya sendiri, bukanlah warisan dari orangtuanya.

Sumber: Buku 10 pengusaha yang sukses membangun bisnis dari 0 dalam http://www.taktiku.com/2009/03/kisah-sukses-seorang-pengusaha-tas.html

Labels:

<$

$>

IPB Juara Ke-3 Kompetisi Inovasi Pangan Dunia

Tim Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) meraih juara ketiga dalam 'Kompetisi Inovasi Pangan Tingkat Dunia' yang diselenggarakan perkumpulan ahli teknologi pangan di Anaheim, California, Amerika Serikat.

"Tim dari IPB ini merupakan satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil masuk final dan menyabet juara tiga," kata seorang anggota tim, Galih Nugroho, di Bogor, Rabu (17/6).

Tim tersebut beranggotakan Galih Nugroho, Ari Try Purbayanto, Riza Aris Apriady, Kamalita Pertiwi, serta Catherine Haryasyah. Kelima anggota tim itu semuanya adalah mahasiswa S1 di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.

Pada kompetisi tersebut, tim IPB mengusung inovasi produk mie jagung siap saji dengan fortifikasi berbagai zat gizi mikro. Produk tersebut diusung sebagai solusi kekurangan zat gizi mikro, terutama bagi kaum ibu hamil di kawasan Asia Tenggara.

Terkait hal itu, rektor IPB Dr Herry Suhardiyanto MSc memberikan ucapan selamat atas prestasi internasional yang berhasil diraih oleh para mahasiswanya.

"Hal ini menunjukkan bahwa kita mempunyai modal besar dan peluang untuk melakukan banyak hal agar IPB menjadi lebih baik, sehingga akhirnya nanti IPB menempati posisi terhormat dan sejajar dengan universitas unggulan lainnya di dunia internasional," ujar Herry.

Misi Budaya

'Kompetisi Inovasi Pangan Tingkat Dunia' tersebut merupakan bagian dari agenda tahunan pertemuan dan pameran pangan Institut Teknologi Pangan (Institute of Food Technologists/IFT). Tahun ini kompetisi diadakan di kota Anaheim, AS, 6 - 9 Juni.

Kompetisi diikuti oleh 16 tim dari berbagai negara, di antaranya AS, Cina, Italia, Afrika Selatan, Belanda, dan Lebanon. Keluar sebagai pemenang pertama adalah mahasiswa S2 dari Universitas Wageningen, Belanda, yang mengusung judul 'Sormite' atau Bubur Sorgum dan Serangga. Juara kedua diduduki oleh mahasiswa Universitas Pretoria, Afrika Selatan. Mereka membawa produk makanan pendamping asi dari labu.

Selain berkompetisi, tim IPB juga membawa misi kebudayaan. Pada acara pembukaan, Kamalita Pertiwi bahkan membawakan sebuah tarian dari daerah Bali. Selain itu, tim juga mengikuti berbagai konferensi dan program ilmiah selama acara pertemuan tahunan IFT dan pameran produk pangan.

sumber:http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/06/17/13394756/wah.ipb.juara.ke-3.kompetisi.inovasi.pangan.dunia

Labels:

Lorenz Raih Medali Emas Kedua di Olimpiade Astronomi

Tuntas sudah tugas Lorenz van Gugelberg Da Silva (18) di ajang International Olympiad Astronomy & Astrophysics (IOAA) 2008, dengan mempersebahkan medali emas untuk Tim Indonesia A.

"Ini emas Olimpiade Astronomi kedua buat saya, sekaligus keikutsertaan yang terakhir," kata Lorenz, seusai menerima medali emas IOAA ke-2 Tahun 2008 di Gedung Sasana Budaya Ganesa ITB Kota Bandung, Rabu.

Lorenz merupakan salah satu dari empat pelajar Indonesia yang sukses meraih medali emas pada IOAA 2008 yang digelar di Bandung dan Lembang, 19-27 Agustus 2008.

Lajang berkulit legam kelahiran Sukoharjo, Jateng, 18 tahun lampau itu juga peraih medali emas pada IOAA 2007 yang digelar di Thailand.

"Senang rasanya, meski selama tiga bulan bergelut dengan persiapan masuk kuliah, akhirnya bisa teratasi dan hasilnya memuaskan," kata Lorenz yang petang itu juga menerima sertifikat dan trofi dari panitia.

Selepas membela Indonesia di ajang IOAA 2008, Lorenz kini konsentrasi masuk kuliah di Jurusan Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB). Meski termasuk siswa cemerlang, jebolan SMA Semesta Semarang itu menjadi salah satu dari ribuan pelajar yang bersaing masuk ITB melalui Ujian Seleksi Masuk (USM) ITB.

Meski ia mengaku senang astronomi, namun ia lebih memilih masuk jurusan elektro. Alhasil ia tidak dapat memanfaatkan fasilitas bea siswa setelah meraih medali emas IOAA 2008 itu.

Pasalnya, bea siswa itu hanya diberikan kepada peraih medali emas IOAA 2008 asal Indonesia yang melanjutkan kuliah pada program astronomi.

"Meski masuk jurusan elektro, tapi saya tetap akan menekuni astronomi, karena merupakan salah satu yang saya senangi," katanya.

Sementara itu perjalanan Lorenz membela tim IOAA Indonesia dalam dua tahun berturut-turut cukup unik. Sebelum ikut olimpiade astronomi, ia sempat bersaing untuk ikut tim olimpiade matematika.

Namun karena persaingan ketat, ia terpaksa `banting stir` ikut seleksi tim olimpiade astronomi. Dan pilihannya tidak meleset sekaligus dapat mempertahankan medali emas dalam dua event itu.

"Astronomi asyik juga, selama lomba berlangsung saya banyak teman. Biar soalnya lebih susah dari tahun lalu, namun itu sangat menantang. Saya berharap tahun mendatang Tim Indonesia bisa tampil lebih baik lagi," kata Lorenz yang saat ini tengah mencari kos-kosan di Kota Bandung.


http://www.antara.co.id/view/?i=1219892109&c=TEK&s=

Labels:

Tim Indonesia yang mengikuti International Biology Olympiad (Olimpiade Biologi

Internasional - IBO) ke-20 pada 12-18 Juli 2009 di Tsukuba, Jepang, berhasil meraih satu medali emas. Departemen Luar Negeri RI melalui siaran pers di Jakarta, Senin (20/1), menyebutkan medali emas itu disumbang Anugerah Erlaut, siswa kelas XII, SMA Kharisma Bangsa, Tangerang.

Da;am olimpiade yang diselenggarakan bertepatan perayaan 200 tahun Charles Darwin dan 150 tahun publikasi The Origin of Spesies itu, tim Indonesia juga meraih satu medali perak dan satu medali perunggu, masing-masing diraih oleh Irfan Haris siswa kelas X, SMAN 1 Pringsewu, Lampung dan Elbert Wijaya siswa kelas XII, SMANK 1 Penabur Jakarta.

IBO tahun ini diikuti delegasi dari 56 negara dengan jumlah siswa 221 orang, ditambah empat negara sebagai pengamat.
Tim Indonesia diperkuat empat siswa dari sejumlah sekolah di Indonesia. Selain Anugerah Erlaut, Irfan Haris, dan Elbert Wijaya, peserta lainnya adalah Danang Crysnanto, siswa kelas XI, SMAN 1 Wonogiri. Keempat siswa didampingi Pembina Tim IBO Indonesia yang terdiri atas Dr Agus Dana Permana, Dr Maelita R Moeis, Dr Devi Nandita Choesin, Dr Iriawati dari SITH - ITB, Dr Sucipto Hariyanto dari Biologi Unair, serta Ir Gunardi Sihhatmanahadi dari Depdiknas.

Setelah pembukaan, para pembina yang bertindak sebagai juri mulai melakukan diskusi dan penerjemahan empat set soal tes praktikum, meliputi anatomi hewan dan tumbuhan yakni anatomi ulat sutera (bombix mori) bunga dan buah vigna angularis (sejenis tanaman kacang). Kemudian biokimia dan biologi molekuler, yaitu penentuan aktivitas enzim asam fosfatase yang dilihat berdasarkan reaksi fosfatase dari perubahan absorbansi karena perubahan konsentrasi yang diukur dengan spektrofotometer.

Genetika berisi karakter berbagai lalat buah yang sangat sering digunakan sebagai studi genetika, serta pigmen matanya yang dilihat dengan cara kromatografi dan analisis proteinnya dengan elktroforesis. Fisiologi sel tentang bentuk dan jumlah sel ragi yang berproliferasi, serta mekanisme pergerakan regenerasi alga uniseluler. Seluruh tes praktikum dilakukan di Department of Biological Sciences, Universitas Tsukuba. Pada kegiatan itu para siswa diberi kesempatan istirahat dengan melakukan tour ke Pusat Penelitian Roket Jepang, Science Center serta salah satu Kuil yang menjadi World Heritage, yaitu Nikko Toshugu.

Kegiatan itu dihadiri oleh Prince dan Princess Akishimo sebagai Honorary President IBO ke-20. Chairperson Organizing Committee IBO ke-20, Dr Hirro Imura dari Universitas Tsukuba mengawali acara pembukaan, dilanjutkan berturut-turut sambutan oleh Chairman IBO Dr Poonpipoe Kasemsap (Koordinator Tim IBO Thailand), Menteri Pendidikan, Kultur, Sains dan Teknologi Jepang Ryu Shinoya, Chairman Japan Science Foundation Dr Akito Arima dan President University of Tsukuba Dr Nobuhiro Tamada.

Prince dan Princess Akishimo yang menghadiri acara pembukaan sejak 30 menit sebelum dimulainya juga memberikan sambutan dan sekaligus membuka acara IBO ke-20. Prince dan Princess Jepang terus mengikuti acara hingga ramah tamah dan santap siang bersama para peserta.ant/bur

http://www.republika.co.id/berita/63496/Siswa_Indonesia_Raih_Medali_Emas_Olimpiade_Biologi

Labels: