<$ $>
inovasi hemat biaya:Telkom manado PTUS (pesawat telepon umum swalayan)
Telkom Manado mampu menciptakan satu pesawat pencatat pulsa murah dan akurat yang bisa digunakan sebagai PTUS (pesawat telepon umum swalayan) oleh wartel-wartel. Atau karyawan PT Telkom Bukittinggi menemukan alat pembor jalan, sehingga penanaman kabel telepon memintas jalan tak perlu mengganggu lalu lintas, bahkan tidak merusak jalan itu sendiri. Penemuan itu selain merupakan terobosan teknologi terapan, juga mengurangi biaya yang tidak perlu. Penemuan PTUS bisa menghemat biaya, dari seharusnya sekitar Rp 20 juta per unit, menjadi cuma satu juta rupiah saja. Akurasinya dijamin, walau bentuknya masih sangat hand made dari rakitan komponen yang semuanya ada di pasar elektronik. Temuan putra-putra daerah Bukittinggi, jelas menghemat biaya sangat besar. Jika menanam kabel telepon memintas jalan raya, selain biaya gali dan rapikan kembali yang tidak murah, lalu lintas terganggu dan pemandangan jadi centang perentang. Alat bor jalan ini sangat mudah dioperasikan, bahkan oleh seorang yang tidak bersekolah. *** DI Medan, calon pelanggan telepon kini tak usah payah-payah membuat peta seperti biasanya, sebab PT Telkom Divisi Regional II Sumatera sudah menyediakan peta jaringan di komputer mereka. Meski peta-peta tersebut baru tersedia di kota Medan, namun ini merupakan langkah awal PT Telkom yang setia melayani pelanggannya. Menurut Kepala Dinas Operasi Pemeliharaan Jaringan Kandatel Medan, Laras Siboro, mereka kini sudah mengoperasikan Sikojak, atau sistem komputer jaringan kabel. Sistem ini menyediakan informasi mengenai jaringan kabel telepon di wilayahnya dan sudah dioperasikan penuh sejak beberapa waktu lalu. Dari Sikojak ini, dibuat aplikasi yang ditujukan bagi kenyamanan pelanggan, dengan menyediakan Medan MOSS (mapping one stop service) yang bisa menampilkan peta daerah tempat pelanggan tinggal. Pada tampilan di komputer pelanggan menunjukkan alamatnya dan petugas dengan mempelajari fasilitas jaringan yang ada, bisa langsung menentukan apakah permohonan diterima atau ditolak. Sesuai namanya, MOSS membuat calon pelanggan tak perlu pergi ke tempat lain lagi agar permohonannya bisa diterima, tak perlu lagi membawa peta. Petugas juga tidak perlu lagi menunggu informasi dari bagian jaringan kabel, karena tampilan di komputer memenuhi kebutuhan dua pihak itu. Menurut Laras, pembuatan peta didasarkan pada peta umum yang banyak dijumpai di pasar. Namun untuk melengkapinya, 30 petugasnya dikerahkan selama tiga bulan untuk membuat gambar lebih detil dan penyesuaian peta dengan keadaan aktual. Peta-peta MOSS itu selain menampilkan keadaan geografi wilayah Medan juga lokasi para pelanggan, kapasitas RK (rumah kabel) yang mencatu sekitarnya dan kemungkinan adanya nomor yang belum terjual. Jika permintaan mereka belum bisa dipenuhi, data-data pemohon terekam di komputer yang nantinya akan mengeluarkan surat panggilan jika jaringan kabelnya sudah ada. Kalau diterima, si pemohon dapat langsung membayar biaya pasang, dan menunggu petugas memasang telepon di rumah. "Kami merancang semua sendiri tanpa konsultan dengan perangkat lunak yang ada di pasar, misalnya Autocad," kata Laras. Namun untuk sementara baru ada lima service point di Medan yang menyediakan MOSS ini yang dalam waktu dekat akan diperluas ke seluruh Medan. Kepala Divisi I PT Telkom, Agus Utoyo menyebutkan, upaya anak buahnya ini patut diacungi jempol. Mereka memikirkan kemungkinan-kemungkinan teknis bagi kenyamanan pelanggan, dan pihaknya menyediakan perangkat-perangkatnya untuk mewujudkan pemikiran tadi. Menurut dia, usulan-usulan dari bawah harus ditampung dan dikembangkan, karena dengan demikian semangat kerja anak buahnya akan terus terpelihara. "Apalagi sesuai dengan pemikiran Dirut PT Telkom, bekerja bagi kami adalah ibadah," kata Agus. Temuan-temuan ini, kata Agus akan terus dikembangkan dan kalau memenuhi persyaratan teknis akan diterapkan untuk seluruh kandatel di Sumatera. Bisa jadi, temuan yang membawa kemudahan ini akan juga dijadikan standar pelayanan service point PT Telkom di seluruh Indonesia. Ini seperti temuan Kandatel Manado untuk PTUS yang juga sudah digunakan luas di Jawa Tengah selain Sulawesi Utara sendiri. Sementara telepon mendongeng yang diperkenalkan di Padang, kini digunakan pula oleh daerah-daerah yang banyak "telepon tidurnya". Telepon dipasang, tetapi tidak cukup banyak digunakan sehingga PT Telkom merasa "rugi" dari minimnya produksi pulsa. Dengan telepon berdongeng, anak-anak kecil suka sekali memanggil nomor dongeng itu, sehingga praktis telepon jadi produktif. sumber: http://www.hendrowijono.com/home/35-telekomunikasi/1021-penemuan-karyawan-imbangan-teknologi.html Labels: Penemu Lokal |
posted by Surono Karti at 11:41 PM
Post a Comment